
Mengapa Balita Selalu Bertanya Kesana Kemari Terus Tanya
Ibu dan Bapak, berbanggalah bila anak Anda yang masih berusia balita (di bawah lima tahun).…
Saat orang tua memberikan nasehat pada anak, seringkali orang tua perlu mengulangi permintaannya beberapa kali. Bukan berarti anak tidak bisa mendengar apa yang disampaikan. Namun mereka seperti tidak memperhatikan dan terlalu asyik dengan kegiatannya sendiri. Berikut tips agar anak mau mendengar nasehat orang tua.
Terkadang hal itu membuat orang tua menjadi hilang kesabaran membuatnya meningkatkan volume suara dengan nada membentak. Atau berbicara dengan panjang lebar, dengan tujuan agar anak menyimak dengan baik apa yang diucapkan orang tua. Namun, cara itu ternyata tak juga efektif.
Lalu apa yang bisa dilakukan agar anak dapat segera memperhatikan apa yang diucapkan kepadanya? Apakah dengan cara bicara keras, membentak dan mengulanginya beberapa kali akan efektif membuat anak menjadi pendengar yang baik? Apakah bagus jika anak melakukan sesuatu karena takut bukan atas kesadaran pribadi?
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi hal tersebut:
Pertama, bicaralah dengan menggunakan kontak mata. Tidak efektif jika orang tua memberi perintah dengan berteriak dari ruang sebelah atau sambil mondar-mandir ke sana ke mari.
Pastikan anak telah memberikan perhatian penuh sebelum orang tua mengatakan sesuatu. Jika perlu, minta izin pada anak untuk menghentikan sementara aktivitasnya, agar orang tua mendapat kesempatan untuk berbicara.
Sejajarkan posisi tubuh dengan anak, sehingga orang tua dapat melihat kedua mata anak sambil menyampaikan permintaan atau perintah. Interaksi tersebut akan membuat anak fokus mendengarkan, dan mengalihkan perhatian dari kegiatan lainnya.
Kedua, ucapkan kalimat dengan bahasa yang santun. Gunakan kata tolong ketika meminta sesuatu. Berikan penjelasan yang mudah dimengerti anak. Daripada melarang akan sesuatu, sampaikanlah apa yang diinginkan agar anak melakukannya.
Ucapkanlah terima kasih setelah anak melakukan apa yang diminta. Ditambah labeling positif sebagai kata pendukungnya, seperti: bertanggung jawab, suka menolong, rajin dan lain-lain.
Contohnya:
”Nak, ibu minta tolong sekarang kamu mandi ya. Selesai mandi kita akan pergi bersama ayah.”
“Terima kasih nak sudah membantu ibu merapikan tempat tidur. Kamu memang anak yang bertanggung jawab.”
Ketiga, minta anak mengulangi kembali apa yang nasehat orang tua katakan untuk memastikan bahwa anak paham dengan apa yang didengarnya. Jika anak sudah menyampaikan kembali apa yang seharusnya dia lakukan, berarti dia telah memahaminya dengan baik.
Jika belum, sampaikan kembali apa yang diinginkan orang tua. Berikan pertanyaan pada anak, misalnya: ”Jadi apa yang perlu kamu lakukan sebelum berangkat ke sekolah?”
Keempat, berikan respons positif. Sebaiknya nasehat orang tua tidak menyalahkan, memberikan labeling negatif atau marah-marah saat anak belum melakukan apa yang diminta.
Jangan gunakan kalimat, ”Kamu memang malas, sudah berapa kali ibu bilang. Rapikan tempat tidurmu!” Lebih baik ganti dengan ucapan, ”Kamar ini butuh dirapikan sebelum jam 6 pagi. Karena kamu harus segera berangkat ke sekolah. Terima kasih telah membantu.”
Kelima, ucapkanlah kata-kata singkat. Buatlah kalimat yang sederhana, singkat, jelas dan langsung menuju poin utamanya. Berikan satu atau dua perintah saja, tidak memberi daftar yang panjang saat mengucapkan permintaan pada anak.
Anak akan kesulitan mencerna kalimat perintah dengan daftar yang panjang. Seperti, ”Nak, tempat tidurnya dirapikan ya. Setelah itu kamu mandi, jangan lupa gosok gigi. Pakaian sudah mama siapkan di kamar, jangan lupa sisir rambutmu agar rapi. Segera makan dan siap-siap berangkat ke sekolah. Oya, buku pelajaran sudah disiapkan atau belum?” Perhatikan, panjang sekali daftar perintahnya, bukan? Sebaiknya orang tua sampaikan perintah satu persatu saja.
Keenam, perkuatlah hubungan emosional yang positif dengan anak. Apabila anak tidak mendengarkan perintah orang tua, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah anak tidak memiliki hubungan emosional yang baik dengan orang tua.
Kedekatan hati antara anak dan orang tua akan membuat anak lebih memiliki kesadaran untuk melaksanakan apa yang diminta oleh orang tua. Bagaimana caranya? Luangkan waktu untuk bermain bersama anak, membacakan buku cerita bersama, atau berbagi cerita dengan anak.
Apabila orang tua khawatir dengan fungsi pendengaran anak, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah masih normal atau perlu penanganan lebih lanjut. Bisa juga orang tua memberikan tes sederhana dengan ucapkan, ”Siapa yang mau es krim?”
Ini adalah tes yang menyenangkan. Apabila anak merespons dengan cepat apa yang ditawarkan oleh orang tua, berarti pendengarannya baik-baik saja. Namun apabila anak tidak merespons sama sekali, berarti penanganan perlu ditindaklanjuti pada dokter telinga.
Kiranya orang tua juga perlu mengevaluasi diri, bagaimana selama ini mereka berbicara dengan putra-putrinya. Karena orang tua adalah teladan utama bagi anak-anaknya, maka alangkah baiknya bila orang tua memperbaiki cara komunikasi yang positif terhadap anak. Bagaimana berbicara yang menyenangkan, meminta dengan santun, menegur dengan bijaksana, serta memerintah dengan kalimat yang efektif.
Perlu kerjasama antara orang dewasa yang tinggal bersama anak untuk memiliki pola asuh yang sama. Sehingga anak tumbuh dengan emosional yang baik, dari keluarga yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang utuh pada anak, tentunya tidak segan segan memberikan nasehat orang tua pada anak dengan cara positif dan pas. (DIkutip dari Meiana Prihandayani Utami – Tim Kurikulum dan litbang KB-TK ArRosyid)
Baca : Khasiat Jahe Untuk Kesehatan, Kandungan, Manfaat dan Hasil Olahan
Tags: Anak Mengenal Disiplin Membagi Waktu, Keakraban Orang Tua, Mendengarkan Nasehat Orang Tua, Nasehat Orang Tua, Orang Tua Bijak, Orang Tua Kekinian, Peran Orang Tua