
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Belimbing adalah jenis tanaman buah dari keluarga Oxalidaceae dengan nama marga Averrhoa. Ciri- ciri famili…
Kultur in vitro atau kultur jaringan adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanaman, seperti jaringan , organ, ataupun embrio, lalu dikultur dalam medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap (Zulkarnain, 2009). Saat ini kultur in vitro merupakan cara yang paling sering dilakukan untuk memperbanyak bibit anggrek, selain dapat menghasilkan jumlah bibit dalam jumlah banyak, tingkat keberhasilannya pun cukup tinggi.
Perbanyakan anggrek secara kultur in vitro menggunaan biji atau embrio (seksual) dilakukan dengan alasan karena biji anggrek tidak mempunyai cadangan makanan (endosperm) dan berukuran sangat kecil atau halus. Tujuan utama dilakukan perbanyakan secara in vitro atau kultur jaringan antara lain : adanya keseragaman bibit/tanaman, dan dapat dihasilkan jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Mutafawwaqin, 2012). Eksplan yang dikulturkan pada medium in vitro perlu disubkultur untuk memperbaharui nutrisi dan menyediakan sumber hara bagi eksplan yang tumbuh semakin besar.
Subkultur (over planting) adalah kegiatan pemindahan planlet ke dalam medium botol kultur yang baru yang bertujuan untuk perbanyakan atau pengakaran dan memperoleh nutrisi yang baru. Bila medium kultur in vitro tidak diganti selama 3 bulan, maka tanaman akan mengalami browning yaitu : kelihatan layu, serta daun yang menguning. Kondisi seperti ini sangat tidak diharapkan, oleh karena itu sebelum terlambat, tunas anggrek harus disubkultur ke medium yang baru (Hendaryono, 2001).
Keberhasilan dari kultur in vitro atau kultur jaringan juga sangat dipengaruhi oleh jenis medium tumbuh. Medium tumbuh tidak hanya mengandung unsur hara makro, tetapi juga karbohidrat sebagai sumber karbon atau bahan organik lainnya. Medium tumbuh yang umum digunakan untuk penanaman anggrek adalah medium Vacin and Went (VW) dengan penambahan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang diditambahkan ke dalam medium tanam berguna untuk mendorong pertumbuhan anggrek. ZPT yang sering diditambahkan ke dalam medium kultur in vitro ialah giberelin, sitokinin, auksin, inhibitor, dan etilen, namun auksin dan sitokinin yang paling banyak digunakan (Widiastoeti dan Syafril, 1989).
Medium Vacin and Went (VW) yang biasa digunakan mengandung bahan kimia murni yang harganya cukup mahal, sehingga dibuat medium alternatif yang mempunyai kandungan yang sama tetapi mempunyai harga yang relatif lebih murah dari medium Vacin and Went (VW). Medium alternatif tersebut ialah medium yang menggunakan bahan-bahan alami yang mengandung sukrosa, vitamin, ZPT, dan asam amino seperti air kelapa, ekstrak pisang, dan ekstrak kersen.
Penggunaan ekstrak pisang dan ekstrak kersen juga digunakan sebagai bahan substitusi untuk medium kultur in vitro karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi serta sukrosa sebagai sumber energi. Ekstrak pisang digunakan sebagai medium alternatif kultur anggrek karena dapat mempercepat pertumbuhan dan perkecambahan pada berbagai jenis anggrek (Arditi, 1967), selain itu menurut Irawan (2013) ekstrak pisang dapat juga mempercepat pertunasan pada anggrek bulan. Sementara Handoko (2013) menyatakan ekstrak kersen dapat dijadikan sebagai medium alternatif untuk kultur anggrek, karena dapat mempercepat pertumbuhan tunas, tinggi tunas, dan pertumbuhan daun pada anggrek Dendrobim sp.
Tag: Alternatif Kultur Anggrek, Bibit Anggrek, Kultur In Vitro, Kultur Jaringan, Over Planting, Vacin and Went, Zat Pengatur Tumbuh