
Manfaat Blotong ( Limbah Pabrik Gula )
Blotong adalah limbah pabrik gula yang bersifat padat dan hangat. Manfaat Blotong belum dimanfaatkan secara…
Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Selatan yaitu di daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina. Negara-negara di Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol, mengenal bawang merah pada abad ke delapan. Dari Eropa Barat, Eropa Timur, dan Spanyol, bawang merah menyebar hingga ke daratan Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Penyebaran ini tampaknya berhubungan dengan pemburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah timur jauh yang kemudian berlanjut dengan pendudukan Kolonial di wilayah Indonesia (Rahayu dan Berlian, 2004). Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut kingdom Plantae; divisi Spermatophyta; subdivisio Angiospermae; kelas Monocotyledoneae; ordo Liliaceae; family Liliales; genus Allium; Spesies Allium ascalonicum .L (Tim Bina Karya Tani, 2008). Nanti Akan di Jelaskan Bagaimana Menanam bawang merah dengan teknik sederhana menurut beberapa teknik penanamannya
Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Daniel, Irawan., 2010). Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan membentuk rumpun. Akarnya berbentuk serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (Aksi Agraris Kanisius, 2004).
Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2010). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1995).
Umbi bawang merah merupakan umbi ganda ini terdapat lapisan tipis yang tampak jelas, dan umbi-umbinya tampak jelas juga sebagai benjolan ke kanan dan ke kiri, dan mirip siung bawang putih. Lapisan pembungkus siung umbi bawang merah tidak banyak, hanya sekitar 2 sampai 3 lapis, dan tipis yang mudah kering. Sedangkan lapisan dari setiap umbi berukuran lebih banyak dan tebal. Maka besar kecilnya siung bawang merah tergantung oleh banyak dan tebalnya lapisan pembungkus umbi (Suparman, 2007).
Daerah yang paling baik untuk menanam bawang merah adalah daerah yang bersuhu udara 250C-320C. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, S., 2007).
Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu. Tanah yang paling baik untuk lahan menanam bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, S., 2007).
Media tanam yang dipakai diantaranya : kombinasi tanah, arang, dengan pupuk dasar (pupuk kandang) sebanyak 15-20 ton/hektar yang akan diaplikasikan pada perpolybag sebanyak 45 gram, pupuk Urea sebanyak 0,20 gram, SP-36 sebanyak 0,70 gram, KCl sebanyak 0,12 gram. Seluruhnya bahan itu diaplikasikan bersama-sama serta disiram dengan air. Polybag yang digunakan ukuran 8 kg. Nitrogen pada tanaman bawang rnerah, berpengaruh terhadap hasil dan kualitas umbi. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan ukuran umbi kecil dan kandungan air rendah, Sedangkan kelebihan nitrogen akan menyebabkan ukuran umbi menjadi besar dan kandungan air tinggi, namun kurang bernas dan mudah keropos. Unsur Phosfor untuk membantu perkembangan akar, tetapi ketersediaannya sangat terbatas.
Defisiensi P pada bawang merah akan mengurangi pertumbuhan akar dan daun, ukuran dan hasil umbi, namun memperlambat penuaan (Greenword et al., 2001). Unsur kalium berfungsi menjaga status air tanaman dan tekanan turgor sel, mengatur stomata dan mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk. Pemberian K pada bawang merah mempengaruhi pertumbuhan. hasil dan kualitas umbi (Akhtar, et.al, 2002). Defisiensi K dapat menghambat pertumbuhan, penurunan ketahanan dari penyakit, dan menurunkan hasil bawang merah (Singh and Verma,2001).
Cara menanam bawang merah diawali dengan pemilihan bibit unggul bawang merah. Hal ini sangat penting sebab bibit unggulan sangat menentukan hasil panen tanaman bawang merah. Jika usia bibit umbi bawang merah kurang dari 2 bulan, maka dilakukan pemotongan bagian ujung umbi kurang lebih 0,5 cm, yang bertujuan untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas pada tanaman bawang merah.
Cara menanam bawang merah yang benar adalah dengan membenamkan seluruh bagian umbi ke dalam tanah. Untuk jarak tanam antar umbi pada musim kemarau adalah 15cm x 15 cm, sedangkan pada musim hujan 15cm x 20cm. Cara menanam bawang merah ini bertujuan supaya umbi bawang bisa tumbuh dengan optimal. Pada tanaman bawang merah yang baru berusia 0 – 10 hari, penyiraman rutin dilakukan 2x/hari (pagi dan sore hari). Umur 11-35 hari, 1x/hari (pagi hari), dan umur 36-50 hari, 1x/hari (pagi hari) (Susila, A.D. 2006).
Tahap selanjutnya adalah pemberian pupuk susulan untuk menjaga tersedianya unsur hara yang dibutuhkan tanaman bawang merah. Pemupukan susulan dilakukan pada preplant (saat tanam), umur 14 hari dan 35 hari setelah tanam.
Menurut Maynard and Hocmuth (1999) dalam Susilo,A.D (2006), rekomendasi pupuk untuk Menanam Bawang Merah pada tanah mineral dengan tingkat kandungan P dan K Sedang yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Rekomendasi Pupuk Untuk Bawang Merah Pada Tanah Mineral
Umur | Urea | ZA | SP36 | KCl |
Kg/hektar/musim tanam | ||||
Preplant (saat tanam) | 47 | 100 | 311 | 56 |
2 MST | 93 | 200 | – | 112 |
5 MST | 47 | 100 | – | 56 |
Sumber : Susilo,A.D (2006)
Penyiangan dilakukan minimal 2 kali/musim yaitu menjelang dilakukan pemupukan susulan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida saat terjadi serangan yang dapat membahayakan atau diatas ambang batas ekonomi pada produksi tanaman bawang merah. Hama utama pada tanaman bawang merah adalah Spodoptera exigua merupakan salah satu jenis ulat grayak yang menjadi kendala utama dalam budidaya bawang merah (Sutarya, 1996). Menurut Sastrosiswojo dan Rubiati (2001) ulat grayak (S.exigua) dan thrips (Thrips tabact Lind). Pengendalian dapat dilakukan dengan disemprotkan insektisida, fungisida sesuai dosis yang dianjurkan atau mencabut tanaman dan membakarnya
Panen bawang merah yang siap panen biasanya 60-70% daunnya sudah mulai rebah ke tanah, sedangkan untuk bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Atau bisa juga dengan menghitung masa tanam ketika mencapai usia 60-70 HST maka bawang merah sudah siap dipanen. Pemanenan pada bawang merah dilakukan pada saat daun bawang merah sudah terlihat rebah dengan cara dicabut. Bawang merah kemudian diikat dalam ikatan kecil (1-1,5 kg/ikat) dan dijemur 5-7 hari.
Setelah kering, 3-4 ikatan bawang merah dijadikan satu, kemudian bawang dijemur dengan posisi .penjemuran bagian umbi diatas selama 3-4 hari. Setelah penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Apabila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85%) umbi bawang merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang (Susilo, A.D. 2006).
Arang berasal dari sisa limbah organik seperti sekam padi, batok kelapa, dan sisa pembakaran kayu. Dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa diserap oleh arang dan di lepas secara perlahan. Dengan adanya arang pada media tanam maka akan mencegah atau mengurangi tumbuhnya jamur ataupun cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, arang memiliki kelemahan yaitu miskin unsur hara sehingga dalam pengaplikasiannya ditambahkan dengan pupuk dan dalam pelepasan unsur hara tergolong lamban (slow release) (M. Syamsiro dan Harwin Saptoadi. 2007).
Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya. Bandung
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Bawang Merah. Azka Press. Jakarta.
Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay . Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilo, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. 131 hal.
Mochamad Syamsiro dan Harwin Saptoadi. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao; Pengaruh Temperatur Udara Preheat, Seminar Nasional Teknologi (2007).
Tag: Bawang Merah, Cara Menanam Bawang Merah, Hidroponik Bawang Merah, Menamam Bawang Merah, Morfologi Bawang Merah, Panen Bawang Merah, Pemupukan Bawang Merah, Pertanian Bawang Merah