
Pemutih Gigi (Bleaching)
a) Warna Gigi Normal Pada umumnya warna gigi normal sulung adalah putih kebirubiruan. Warna gigi…
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik di paru yang terletak di saluran napas bawah, berupa episode penyempitan dan peradangan jalan napas yang disertai produksi lendir (mukus) berlebihan sebagai respons terhadap satu atau lebih pencetus. Batasan teknis dari Global Initiative for Asthma (GINA). Mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan peran berbagai sel, terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Inflamasi pada orang yang peka mengakibatkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk terutama malam dan dini hari (Bateman et al. 2008). Batasan praktis dari Pedoman Nasional Penanganan Asma Anak adalah mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik. Cenderung pada malam dan dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, dan dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan serta adanya riwayat asma atau atopik lain pada pasien dan atau keluarganya [UKK Pulmonologi IDAI 2002].
Faktor pencetus serangan asma antara lain adalah alergen (tungau debu rumah, kecoa, serpihan kulit hewan piaraan, spora jamur, serbuk sari), asap rokok, polusi udara, dan infeksi virus. Alergen merupakan faktor terpenting tidak hanya dalam mencetuskan asma, tetapi juga menentukan keparahan dan menetapnya gejala-gejala asma (Nelson 2000). Secara patologis, asma ditandai oleh hiperreaktivitas bronkus. Orang atopi adalah orang yang rentan untuk mengalami hiperreaktivitas bronkus, tetapi hanya 10-30% yang akhirnya mengalami asma.
Bukti bahwa asma memiliki komponen genetik berasal dari studi pada keluarga, yang memperkirakan bahwa kontribusi faktor genetik terhadap atopi dan asma. Secara relatif adalah sekitar 40-60%. Asma adalah penyakit genetik yang kompleks dan melibatkan banyak gen. Sehingga kerentanan terhadap asma melibatkan interaksi berbagai faktor genetik dan lingkungan (Kuby et al. 2007).
Dermatitis atopi atau ekzema adalah peradangan kronik kulit dengan gejala gatal yang seringkali mengganggu tidur. Pada bayi, ekzema umumnya berupa ruam merah yang sangat gatal di wajah, kulit kepala, belakang telinga, badan, lengan dan tungkai. Pada anak balita, ruam sering kali ditemukan di lipatan kulit sekitar lutut dan siku. Menjelang remaja ekzema umumnya menghilang dan dapat bermanifestasi menjadi asma. Alergen pemicu biasanya berupa makanan (susu, makanan laut, kacang tanah, coklat, dan lain-lain). Reaksi alergi makanan selain berupa dermatitis atopi, dapat juga berupa reaksi bentol. Kemerahan dan gatal yang dikenal dengan sebutan urtikaria, nama lainnya biduran atau kaligata (Rabson et al. 2005).
Tag: Asma Bronkial, Dermatitis Atopi, Ekzema, Kesehatan Anak